Followers

Minggu, 20 Juni 2010

dedicated for mr.he-always-cheer-me-up :)

Andra & The Backbone – Sempurna

kau begitu sempurna

di mataku kau begitu indah

kau membuat diriku

akan selalu memujamu

di setiap langkahku

ku kan selalu memikirkan dirimu

tak bisa ku bayangkan

hidupku tanpa cintamu

* janganlah kau tinggalkan diriku

takkan mampu menghadapi semua

hanya bersamamu ku akan bisa

reff:

kau adalah darahku

kau adalah jantungku

kau adalah hidupku

lengkapi diriku

oh sayangku kau begitu

sempurna, sempurna

kau genggam tanganku

saat diriku lemah dan terjatuh

kau bisikkan kata

dan hapus semua sesalku

repeat *

repeat reff

repeat *

repeat reff


Lirik lagu Andra & The Backbone – Sempurna ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Andra & The Backbone – Sempurna.


dedicated for Mr.He-Always-Cheer-Me-Up :)

renungan harian


Filipi 1:27-30

Hari ini melalui Filipi 1:27-30 kita diingatkan untuk terus berjuang memiliki hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus. Saya tahu hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus tidaklah mudah. Ada harga yang harus dibayar untuk hidup dalam iman kita. Kita harus mengorbankan materi, waktu, pikiran, dan tenaga. Ada lagi ketika kita memperoleh kritik, cercaan, dan kecaman dari orang-orang yang meragukan kesungguhan kita. Nah, memang menjadi seorang Kristen tidaklah selalu menjalani kehidupan yang indah, tanpa pergumulan, tanpa masalah. Terkadang karena banyaknya harga yang harus dibayar tersebut kita mempertanyakan keberadaan Tuhan. Apakah Tuhan memang mendengar seruan kita ketika kita meminta tolong? Apakah Dia benar-benar ada untuk kita padahal kita hidup dalam Dia tapi kok Dia ngasih kita hidup susah banyak masalah? Tapi saya yakin Tuhan ada. Dia tidak tinggal diam. Dia selalu menguatkan dan menolong kita. Dan karena dengan jaminan itulah kita berani membayar harga yang ada ketika mulai berkomitmen hidup seturut kehendakNya.
Jadi, selamat berjuang dan tetaplah tegar di dalam Dia


sumber renungan         : Renungan Harian Juni 2010 

Sabtu, 19 Juni 2010

soal uas take home mata kuliah sejarah kebudayaan eropa


Pilihlah 5 soal dari 10 soal dibawah ini

1. mengapa pemerintahan Romawi yang sudah berbentuk republic masih bersifat feodalistik dan cenderung diktator?
2. jelaskan mengenai mitologi Yunani dan Romawi. Apa perbedaan dan persamaan mitologi dari kedua peradaban tersebut
3. menurut pendapat saudara mengapa abad pertengahan disebut sebagai abad gelap (dark age). Kejadian-kejadian apa saja yang terjadi pada masa ini
4. jelaskan peranan gereja dan historiografi Kristen pada masa abad pertengahan
5. jelaskan bahasa dan kesusateraan pada abad pertengahan
6. dominasi penguasa terutama dominasi gereja sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat eropa pada abad pertengahan. Jelaskan dominasi penguasa terutama gereja terhadap kehidupan masyarakat terutama kehidupan seksualitasnya.
7. apa alasan utama lahirnya renaissance di eropa. Jelaskan pula perkembangan ilmu pengetahuan dan kesenian pada masa renaissance
8. jelaskan mengenai aufklarung di eropa. Bagaimana pemikiran dari tokoh-tokoh aufklarung terutama dalam menyikapi masih berkembangnya dogma-dogma agama di eropa pada abad ke-17 dan 18
9. apa yang saudara ketahui mengenai revolusi inggris? Apa pengaruh revolusi inggris terhadap perkembangan imperialisme?
10. apa yang saudara ketahui tentang Boethius dan Immanuel Kant?

Selasa, 08 Juni 2010

renungan harian

Efesus 3:14-21

Hari ini renungan harian saya adalah tentang hal berdoa. Terkadang ketika kita berdoa kita tidak berharap Tuhan akan menjawabnya. Kita hanya sekedar berdoa tanpa pengharapan akan jawaban doa tersebut. Karena mungkin kita tahu apa yang kita doakan terkadang mustahil atau tidak mungkin dijawab oleh Tuhan. Tapi ingat! Hari ini saya belajar bahwa Tuhan dapat melakukan lebih daripada apa yang kita doakan atau pikirkan (Efesus 3:20). Sebenarnya tanpa kita meminta yang terbaik pun Tuhan tahu yang terbaik buat kita. Ia ingin kita terus berharap dan bergantung padaNya. Oleh karena itu mari kita belajar menerima apapun jawaban doa kita dengan damai sekalipun jawaban tersebut bukanlah jawaban yang kita inginkan. Percayalah Tuhan selalu memberi yang terbaik untuk kita, dan kita tidak akan pernah dibuat kecewa oleh jawaban doaNya.
Jadi, selamat berharap akan jawaban doa kita


Tuhan Yesus memberkati kita semuaaaa…:)

Minggu, 06 Juni 2010

memilih pasangan hidup


            Adakah diantara Anda yang sedang bergumul dalam memilih pasangan hidup? Mungkin ada diantara Anda yang telah melewati tahap ini, atau ada diantara Anda yang mungkin belum terpikirkan untuk memikirkan pasangan hidup. Tapi saya yakin kebanyakan Anda di luar sana mungkin belum telalu paham bagaimana dan harus seperti apa Anda bersikap dalam mengambil keputusan penting tersebut.

            Memilih pasangan hidup merupakan keputusan yang sangat penting karena bersifat permanen dalam kehidupan seseorang. Anda tentunya tidak menginginkan terjadi perceraian atau perpisahan begitu anda telah berada di tengah-tengah ikatan pernikahan yang sah bukan? Dalam kehidupan orang Kristen ada dua keputusan yang sangat penting dalam hidupnya. Yang pertama ketika ia memutuskan untuk memilih Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan yang kedua ialah hal memutuskan untuk memilih pasangan hidup tersebut. Setiap orang Kristen perlu mempelajari dengan seksama apa yang tuhan katakan mengenai hal ini.

            Bersumber dari buku Memulai Hidup Baru (sebuah buku PA yang disusun oleh Tim Staff Perkantas-dimana buku tersebut saat ini menjadi buku PA saya bersama saudara-saudara KTB saya) saya sedikit banyak mulai mengerti dan mencoba mempelajari serta menggali lebih lagi tentang masalah pasangan hidup tersebut.


Sebenarnya apa sih pernikahan itu?
            Mungkin itu yang nantinya akan menjadi pertanyaan awal kita ketika kita mulai membicarakan tentang memilih pasangan hidup. Saya sendiri mungkin mencoba untuk memberi definisi yang tepat menurut pemahaman saya yaitu suatu fase dimana seorang laki-laki dan seorang perempuan (seorang saja loh yaaa…jangan banyak-banyak…hehehehe) menjadi mitra hidup untuk selamanya. Mereka menjadi satu dalam ikatan khusus yang disebut dengan pernikahan. Indah sekali bukan? 


Apa tujuan pernikahan itu sendiri?
            Menurut buku PA saya tersebut didapatkan bahwa pernikahan merupakan rencana Allah bagi manusia. Ada dua tujuan penting dalam pernikahan dan kedua tujuan penting ini tertulis dalam Alkitab. Yang pertama ialah untuk memperoleh keturunan. Seperti yang disebutkan dalam Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Ayat tersebut mengacu pada pernikahan adalah jalan Tuhan untuk lahir dan bertumbuhnya anak-anak di dunia. Oleh karena itu disinilah peran penting adanya pernikahan untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Tujuan kedua pernikahan adalah persahabatan yang sejati. Persahabatan sejati hanya dapat ditemui dalam ikatan pernikahan. Saling menghibur, saling menolong, saling memerlukan satu sama lain. Bersama-sama baik dalam suka maupun duka, miskin maupun kaya, sakit maupun sehat, sampai maut memisahkan. Itulah persahabatan sejati yang ditemui dalam ikatan pernikahan. Adam saja memiliki pasangan yang sepadan dengannya yaitu Hawa (Kejadian 2:18). Namun ada juga yang tidak menikah dan Yesus menjelaskan dalam Matius 19:12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian kerena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.


Dan sekarang bagaimana kita menemukan pasangan hidup yang tepat dan sepadan menurut standar Allah?
            Oke, disini kita akan membahas lebih lanjut lagi akan tetapi saya ingin mengingatkan Anda jika saat ini anda mencintai pasangan Anda hanya karena kulit luarnya saja, Anda telah salah langkah. Bagaimana mungkin Anda bisa melanjutkan sampai ke tahap pernikahan apabila baru dalam tahap awal saja Anda hanya tertarik karena fisik luar yang kelihatan saja. Cinta yang sebenarnya haruslah tidak memandang luarnya saja, tapi juga dalamnya. Cinta murni seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 13 mulai dari ayat yang ke 4 sampai dengan 8 yaitu Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.  Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan..... Dan seperti itulah seharusnya kasih yang dibangun diatas dasar pernikahan. Allah pasti menyediakan yang terbaik bagi anak-anakNya. Pasti disini sengaja saya garis bawahi karena memang rencana Tuhan selalu yang terbaik bagi kita semua. Jika Allah menghendaki Ia pasti akan menuntun kita menemukan pasangan hidup yang sepadan dengan kita.
            Yang terutama dalam memilih pasangan hidup adalah kita harus menikah dengan sesama orang percaya. Terkadang ada orang Kristen yang berpacaran dengan orang yang bukan Kristen dan menganggap bahwa ia dapat membawa pacarnya tersebut pada Kristus dan berkata imannya sudah cukup kuat. Tapi jelas-jelas bukti dari kekuatan iman seseorang adalah ketaatannya pada kehendak Allah.
            Kemudian yang selanjutnya adalah ketika Anda memilih pasangan hidup, lihat juga karakter atau budi pekertinya. Tentu hal tersebut menjadi hal yang terpenting ketimbang anda melihat hanya dari daya tarik fisiknya. Lalu perhatikan juga hal-hal lain seperti kedewasaan imannya, penyerahan dirinya pada Tuhan, segi emosional dan intelektual, usia, latar belakang keluarganya, dll.


Lalu?
            Mungkin setelah membaca hal-hal tersebut Anda menjadi lebih berpikir panjang lagi ketika memutuskan untuk memilih pasangan hidup anda. Saya sendiri sebenarnya tidaklah berpengalaman dalam hal seperti ini. Tapi saya merindukan untuk membagikan apa yang telah saya dapati ini kepada Anda sekalian. Anda mungkin sedang bergumul saat ini seperti halnya saya. Dan semoga saja memang Anda terberkati oleh apa yang telah saya bagikan ini. Hahaha, semuanya memang tidaklah mudah. Segala sesuatu yang kita putuskan harus kita kembalikan lagi kepada yang diatas. Ingat! Tuhan pasti memberi yang terbaik bagi anda dan juga saya. Anda bisa menemukan kehendak Allah melalui Alkitab, doa, akal budi, keadaan, nasihat orang Kristen lain, dan damai dalam hati dalam memutuskan untuk memilih pasangan hidup. Dan sekali lagi saya ingatkan, jika kita mau sungguh-sungguh berserah pada kehendakNya dan mengutamakan kehendakNya, maka kita akan menemukan pasangan hidup yang sepadan. Jadi, selamat mencari kehendak Tuhan :)



sumber :  Alkitab
              12 Bahan PA Memulai Hidup Baru yang disusun oleh Tim Staff Perkantas

Kamis, 03 Juni 2010

something about us

“meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan
semua takkan mampu mengubahku
hanyalah kau yang ada di relungku
hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
kau bukan hanya sekedar indah
kau tak akan terganti….”


Marcell-Takkan Terganti



That song reminds me to him..
Seseorang yang spesial dalam kehidupanku ini
Setidaknya dalam waktu enam bulan terakhir ini
Dia yang selalu menemaniku dengan beragam canda dan tawa yang kami bagi bersama
Ada kalanya tangis dan air mata
Ada pula ketika kemarahan pun ikut mengisi hari-hariku bersamanya dalam waktu-waktu yang kami habiskan bersama
Ada cinta, ada kasih, ada rindu, ada iri, dan kadang cemburu pun ikut menghiasi cerita kami
Kami mungkin hanya sekedar dua insan yang sedang jatuh hati satu sama lain
Kami memiliki mimpi-mimpi indah yang berharap segera diwujudkan
Kami memiliki cita-cita yang nantinya ingin kami penuhi
Kami memiliki angan-angan yang akan saling kami bagikan
Namun kami merasa belum siap
Kami belum cukup siap untuk dapat memenuhi segalanya
Apa yang kami impikan
Apa yang kami cita-citakan
Apa yang kami harapkan
Kami mungkin belum siap
Tapi kisah ini takkan berakhir disini
Ada harapan dia dan aku adalah yang terakhir
Tak ada yang lain selain cinta segitiga kami
Antara Tuhan, aku, dan dia
Ada kami yang nantinya akan terus saling mengasihi
Kami ingin saling berbagi,
Kami ingin saling mengerti,
Kami ingin saling menasehati,
Kami ingin selalu bertumbuh bersama
Hanya ada kami bertiga
Antara Tuhan, aku, dan dia


Terimakasih Tuhan,
Kau telah memberiku hari-hari yang menakjubkan bersamanya
Kau telah memberiku kesempatan mengenalnya lebih dekat lagi dalam beberapa bulan ini
Dan ku harap ini semua akan terus berlanjut ya Tuhan
Seperti apa yang selalu ku doakan
Seperti apa yang selalu aku pinta kepadaMu
Terimakasih Tuhan,
Kau telah menegur kami dengan kasihMu
Kau telah mengingatkan kami ketika kami mulai melangkah jauh dari padaMu
Aku ingin selalu bermimpi selalu bersamanya
Tapi jangan biarkan aku mencintainya lebih dari aku mencintaiMu Tuhan
Terimakasih Tuhan,
Biarlah kami boleh terus saling mengasihi satu sama lain
Hingga tiba waktuMu yang terbaik bagi kami berdua


Terimakasih Cinta,
Kau telah membagi waktumu untukku
Kau telah memberiku senyumanmu
Kau telah memberiku candaanmu
Kau telah memberiku sentuhan terhangat yang pernah ku rasakan
Terimakasih Cinta,
Atas tiap canda tawa yang kita bagi
Atas derai air mata dan tangis yang kita rasa
Atas tiap belaian lembut untukku
Terimakasih Cinta,
Kalau kau begitu sabar menghadapiku
Kalau kau begitu tulus menyayangiku
Kalau kau begitu indah mengasihiku
Ada nasihat darimu
Ada pesan darimu
Ada ucapan manis darimu
Ada sentuhan hangat darimu
Ada senyummu
Hanya ada kamu dan hanya kamu yang kuinginkan, Cinta
Terimakasih untuk hari-hari yang kadang melelahkan
Tapi tidak akan pernah ku lupakan
Aku harap kau jadi yang pertama dan terakhir, Cinta
Hanya kamu dan kamu
Kamu nggak akan pernah terganti, Cinta

Dan akhirnya nanti….
Aku mau….

Hanya ada Tuhan, aku, dan kamu




Terimakasih Cinta
Untuk segalanya…♥



Jogjakarta, 2010

ngomentarin...


Nama               : Intan Ekapratiwi
NIM                : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah    : Menulis Kreatif



Puisi karya Seno Gumira Ajidarma

LANGIT SEPI
langit sepi
tiga burung hitam merendah menggoda ombak
orang-orang yang berbondong ke pantai
mungkin mencari saudaranya yang lenyap di seberang angin
parangtritis 1976


komentar         :

Puisi karya Seno Gumira Ajidarma ini memang cukup menarik. Dengan penyampaian yang singkat padat namun tetap mudah dimengerti ini membuat orang yang membaca menjadi semakin ingin membaca lagi karya-karya puisinya yang lain. Puisi “Langit Sepi” ini termasuk salah satu puisi dalam buku kumpulan puisi milik Seno sendiri yang diterbitkan tahun 1978 yang berjudul “Bayi Mati” yang kebanyakan isinya tentang puisi bertemakan kematian dan tragedi.

Sepotong Senja untuk Pacarku

Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.
Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.
Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.
Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.
Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.
Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”
Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.
Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.
Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.
Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.
“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”
Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….
Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.
Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.
Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…
Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.
Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.
Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

karya Seno Gumira Ajidarma


Nama : Intan Ekapratiwi
NIM : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah : Menulis Kreatif
Dosen : Suray Agung Nugroho, S.S., M.A


Komentar :

Setelah membaca cerpen “Sepotong Senja untuk Pacarku” karya Seno Gumira Ajidarma ada dua hal yang langsung terbersit di kepala saya. Yang pertama adalah unik. Cerpen di atas menurut saya cukup unik karena gaya bahasa yang digunakan, cerita yang diceritakan, bentuk cerpen itu sendiri pun unik. Gaya bahasa yang digunakan memang tidaklah terlalu ringan untuk sebuah cerpen alias cerita pendek. Bahkan terkesan berat dan sedikit membingungkan. Namun secara garis besar pembaca dapat memahami isi cerita cerpen sekalipun agak sulit bagi saya untuk memahami makna yang tersirat dalam cerpen tersebut. Lalu cerita yang diceritakan oleh si penulis sangatlah imajinatif. Mengajak kita sebagai pembaca cerpennya bermain imajinasi. Dengan adegan-adegan yang diceritakan dalam cerpen tersebut membuat pikiran pembaca berkeliaran ke mana-mana. Menebak-nebak ke arah mana cerita akan berlanjut dan yang pasti membuat pembaca sedikit tercengang dan berusaha mencari tahu maksud “sepotong senja” yang dimaksudkan yang dikatakan dicuri oleh seseorang demi dikirimkan kepada seorang gadis pujaan hatinya. Lalu jika dilihat dari sisi bentuknya cerpen ini terbilang unik karena mencantumkan catatan kaki (foot note). Saya sendiri sebagai pembaca baru kali ini membaca cerpen yang ada catatan kakinya. Kemudian hal kedua yang langsung muncul di kepala saya ketika saya membaca cerpen ini adalah bingung. Ya, bingung! Karena saya sendiri juga sibuk mencari tahu “senja” yang dimaksud. Dan berusaha menebak-nebak ke arah mana cerita ini akan bermuara. Namun secara keseluruhan cerpen karya Seno ini cukup bagus. Dilihat dari kualitas gaya bahasa yang digunakan, cara menceritakan yang saya rasa cukup menarik, dan cerita yang tidak biasa menjadikan cerpen ini layak dilirik dan dibaca.

Meresensi Resensi Film New Moon

Nama : Intan Ekapratiwi
NIM : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah : Menulis Kreatif


Meresensi Resensi

Resensi Film New Moon yang ditulis oleh Rebecca Muray dalam about.com

Let's call it like it is. New Moon is critic-proof. I doubt there's anyone out there going, "Well, I saw Twilight, I want to see what happens with Edward and Bella, I want to see Jacob wolf-out, but I'll wait and see what the critics have to say about New Moon before buying a ticket." If you're a Twilight fan, you're going to go - likely multiple times - to see New Moon in a theater.
I realize I could say New Moon's the worst movie ever made and that declaration wouldn't influence anyone. I know that. (Before you attack, I'm not saying New Moon is the worst movie ever made. That was just to illustrate a point.) That said, it's still my job to write up a review. Take it as you like, and know that before I defected to True Blood, I loved the Twilight books - although New Moon was not my favorite of the series. I still think they're great entertainment for their intended target audience, and I believe Twilight fans are going to eat up New Moon. They'll be howling over the new batch of shirtless hunks, and there's a bit more romance as well as much more of Taylor Lautner who proves why he was the right guy to play Jacob Black. Lautner's charming enough that he might even sway a few Team Edward members over to Team Jacob. Lautner's got talent, something you wouldn't know from just seeing Twilight, and he's pretty much capable of handling the leading man duties thrust on him in this second Twilight installment.

And guys, director Chris Weitz and screenwriter Melissa Rosenberg left out some of Stephenie Meyer's more cheesy romantic lines, opting instead to insert more action in order to widen the film's audience appeal. That's a smart move, but one that may leave diehard Twilight fans disappointed. Gone are some of the more intimate declarations of love, there's a lack of intimacy in the scenes with Edward, and the conversations between Bella and Edward leading up to a visit with the Volturi and immediately after their visit are greatly truncated - probably to make room for a new Volturi fight scene created just for the film. Also, many of the conversations Bella has with Alice, the girl talks where they catch up and look to the future, are MIA. Is that to move the story along or make it more accessible for males? I'm leaning toward the latter. However, there is much more Edward in New Moon the movie than there was in New Moon the book. Granted, it is a ghostly Edward that's kind of creepy and off-putting, but Patterson fans may get behind his increased presence.
The Story in a Nutshell
Alice, ever the party animal, throws a birthday party for the reluctant Bella (Kristen Stewart) who doesn't want to age and hates to be the center of attention. A small mishap with wrapping paper finds Bella smack dab in the middle of some thirsty vampires. Jasper in particular has a hard time dealing with a bleeding Bella. Though she's not mortally wounded, Edward (Robert Pattinson) can read the writing on the wall and breaks it off with Bella, telling her he doesn't want her anymore.
Devastated, Bella retreats inward, neglecting her friends and shutting herself off from anything that could remind her of Edward. But after being threatened by her dad, Charlie (Billy Burke), that he's going to send her back to her mom, Bella discovers that if she puts herself in danger, Edward will come to her in a vision telling her to knock it off. This prompts her to buy motorcycles for her childhood friend-turned muscled hunk Jacob (Taylor Lautner) to fix up. Getting closer to Jacob helps Bella make it through the long days, but she's still pining for her brooding vampire.
Meanwhile, Jacob and his pack of friends are getting all wolfy, there's a vampire with a score to settle on the loose, and Alice (Ashley Greene) is still sort of keeping track of Bella's movements using her special power to see the future, which leads to a major misunderstanding and a life-threatening visit with the Volturi.
The Good, The Bad, and the Bottom Line
Let's start with the bad: Alice is drastically short-changed in this adaptation. Blink and you'll miss the Cullens, which isn't Weitz' or Rosenberg's fault. Meyer's pretty much left them out of New Moon so they have next to nothing to do after setting events into motion. We don't get to know the wolfpack at all. They're interchangeable with no single character standing out. And though I call Meyer's lovey-dovey talk cheesy, I still missed the romantic scenes as she wrote them in the book.

The good? The acting's better in New Moon than it was in Twilight. It's easy to tell the leads and the returning supporting players have grown more comfortable in their characters' skin. Michael Sheen, of course, steals any scene he's in, Anna Kendrick is the best of the young group as the snotty, fake friend of Bella's, and Taylor Lautner handles the lead far better than you'd expect. Robert Pattinson doesn't have much to do other than look brooding - and he does that well - so it's up to Lautner to carry the romantic male lead. And Pattinson fans may take offense to this, but I believe the onscreen chemistry is better between Kristen Stewart and Lautner than it is between Stewart and Pattinson. There's a light in her eyes in her one-on-one scenes with Lautner that wasn't there in Twilight. Then again, it could be what director Weitz got out of Stewart this time that Catherine Hardwicke didn't manage to do in Twilight. Stewart doesn't play with her hair in New Moon, which annoyed me to no end in Twilight, and overall her performance is an improvement from the first film. It's still a downer, but Bella's going through a lot in this one so Stewart's near-constant frown is at least justified this time.

Also better this time around are the make-up jobs done on the Cullen family. The vampires don't look as pasty and peculiar in New Moon as they did in Twilight, although I wish someone had chosen a different wig for poor Jackson Rathbone as Jasper. It's just too ridiculous. And the fight scenes are shot better and feel more threatening and real in New Moon as compared to the big fight scene between Edward and James in Twilight.
New Moon's not going to win any awards other than those voted on by fans, but that's not the point of the movie anyway. Will it satisfy the legion of Twilight fans who love these vegetarian vampires, the Indians who turn into wolves to protect their people, and the shy high school student who's a supernatural creature magnet? Yes, for the most part. But, and I found this quite telling, I watched New Moon twice before writing this review - once with just members of the media for the press junket and once with Twilight fans at a preview screening. The Twilight fans reacted much the way the press did, laughing at dramatic scenes that were unintentionally funny and at the first appearances of the CGI wolves. Hardly any of the Twilight fans clapped at the end and I overheard more than one person expressing their dislike for the way the story wrapped up.

That said, if you liked Twilight, you'll probably be happy with New Moon. On the other hand, if you weren't into Twilight, New Moon's not going to sell you on the franchise. Readers of the books and followers of the first Twilight movie know exactly what they're in store for with New Moon, and Weitz and writer Rosenberg do a fairly good job of satisfying those expectations. It retains the spirit of Meyer's second book and provides eye candy galore. It's just too bad the story itself isn't all that interesting.
GRADE: C+

komentar :
Review film New Moon yang ditulis oleh Rebecca Murray dalam about.com ini boleh dibilang cukup sadis. Selain grade yang diberikan oleh Muray pada film ini yaitu C+ boleh dibilang Muray cukup tegas dalam blak-blakan mengkritik kekurangan di sana sini dalam film New Moon tersebut. Misalnya saja hal-hal mendasar seperti alur cerita yang menurutnya kurang romantis dan tidak seperti yang tertulis dalam novel. Atau perubahan karena kurangnya penampilan keluarga Cullen dalam film tersebut. Namun dalam resensinya Murray juga menambahkan nilai plus dari film New Moon tersebut seperti misalnya make up keluarga Cullen yang ditampilkan dalam New Moon lebih baik daripada dalam film sebelumnya yaitu Twilight. Lalu Murray juga membahas tentang akting dalam New Moon yang juga dinilainya lebih baik setidaknya daripada Twilight dan para pemain utama lebih banyak memberi kemajuan dalam akting dalam New Moon. Dalam review-nya tersebut Murray juga menuliskan garis besar cerita New Moon secara keseluruhan dan memperbandingkan pengaruh cerita New Moon yang menghilangkan alur cerita romantic cheesy-nya padahal karena alur cerita yang seperti itulah Twilight dulunya sukses. Murray sendiri juga menggambarkan betapa kecewanya para penggemar Twilight begitu mereka melihat New Moon. Secara keseluruhan review yang dibuat oleh Murray ini cukup menarik dan jelas bagi para pembacanya. Karena selain ia mencantumkan garis besar film secara keseluruhan, ia juga tidak hanya mengkritik tapi juga memuji sekalipun nilai yang diberikannya tidaklah terlalu baik.

Rabu, 02 Juni 2010

Kuliner Pinggir Jalan


Nama               : Intan Ekapratiwi
NIM                : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah    : Menulis Kreatif
Feature



Kuliner Pinggir Jalan


            Jika Anda pernah jalan-jalan di sepanjang Jalan Mataram dan terus menuju ke arah Hotel Melia, mungkin Anda pernah menemukan tempat makan di pinggir jalan tepatnya di seberang Progo. Tempat makan lesehan tanpa atap tenda tersebut biasanya ramai dikunjungi pada jam makan malam karena memang hanya buka di malam hari. Makanan yang dijual sebenarnya tidak terlalu beraneka ragam, namun yang membuatnya menjadi ramai dikunjungi dan favorit adalah nasi goreng babinya.
            Malam itu saya dan dua orang teman saya kebetulan makan di sana. Kami datang sekitar pukul delapan malam. Tempat makan tersebut berada tepat di depan sebuah toko yang jika malam hari tiba tutup. Tanpa atap tenda, kami duduk di tikar yang telah di sediakan tepat di depan emperan toko. Sebenarnya menu yang ditawarkan ada menu yang terbuat dari daging ayam atau daging babi. Ada nasi goreng babi, nasi goreng ayam, babi kecap, bakmi babi, bakmi ayam, dan capcay. Dan saya pun memesan nasi goreng babi dengan telor ceplok.
            Setelah menunggu kira-kira sepuluh sampai lima belas menit pesanan kami pun datang. Nasi goreng yang saya pesan terlihat menggiurkan dengan irisan mentimun, kol, tomat, dan daun. Semakin menggiurkan lagi dengan telor ceplok diatasnya dan irisan daging babi yang tersebar dalam nasi gorengnya. Setelah makanan kami diantar lalu minuman kami pun datang. Saya malam itu memesan es jeruk. Sebenarnya minuman disini tidak ada yang terlalu istimewa. Hampir sama saja dengan menu minuman di tempat lain. Es jeruk, es teh.
            Saya pun mulai makan sambil sesekali mengobrol dengan kedua teman saya. Semakin malam justru tempat ini semakin ramai dikunjungi. Entah itu pasangan muda, keluarga, atau sekumpulan teman seperti kami. Yang jelas atmosfir pinggir jalan dengan suasana santai yang ada dan menu makanan yang ditawarkan menjadikan tempat ini cukup menyenangkan untuk dikunjungi. Meskipun saya tahu tidak semua orang dapat memakan salah satu menu yang ditawarkan namun ada juga menu ayam yang mungkin dapat Anda coba. Memang inilah salah satu kuliner pinggir jalan yang tidak ada matinya dan tak ada salahnya mencoba.

Resensi Film 500 Days of Summer

Nama : Intan Ekapratiwi
NIM : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah : Menulis Kreatif


Resensi Film 500 Days of Summer




Film yang dirilis tahun 2009 yang lalu ini merupakan film bergenre drama komedi romantis yang menceritakan kisah Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) yang merupakan lulusan arsitek namun bekerja menjadi seorang penulis pada sebuah perusahaan kartu ucapan. Suatu hari Tom bertemu dengan Summer Finn (Zooey Deschanel) seorang asisten baru di tempat Tom bekerja. Mereka berdua awalnya tidak begitu dekat satu sama lain hingga pada malam karaokean para pekerja di perusahaan kartu tersebut Tom diketahui diam-diam tertarik kepada Summer. Kedekatan mereka pun dimulai beberapa bulan kemudian. Meskipun Summer jelas-jelas menyatakan bahwa ia tidak percaya pada true love dan tidak menginginkan seorang pacar namun sikap yang ditunjukkan Summer kepada Tom seakan-akan ia menyukai Tom dan mereka bertingkah layaknya sepasang kekasih. Hingga pada suatu hari mereka bertengkar dan mereka pun “putus”.
Film yang disutradarai oleh Marc Webb ini memiliki alur cerita maju mundur yang cukup unik dalam 500 hari cerita antara Tom dan Summer. Cerita yng disajikan pun cukup ringan dan mendekati kehidupan sehari-hari karena mengangkat tema cinta. Hanya saja mungkin jika kita tidak terbiasa menonton film dengan alur maju mundur akan sedikit bingung di awal film sehingga perlu waktu untuk berpikir dan mengikuti alur cerita. Namun secara keseluruhan film ini cukup layak ditonton karena berbeda dengan film cinta-cintaan lainnya. Seperti tagline yang diangkat oleh film ini sendiri “This is not a love story. This is a story about love”.

Bus Kota


Nama                           : Intan Ekapratiwi
NIM                            : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah                : Menulis Kreatif
Feature


Bus Kota


            Anda salah satu pengguna setia transportasi publik bernama bus kota? Atau Anda pernah menggunakan transportasi publik tersebut? Apa yang Anda rasakan ketika Anda naik bus kota?
            Siang itu saya sengaja menuju Malioboro dengan naik bus kota jalur  yang kebetulan trayeknya memang melayani tujuan yang akan saya tuju. Saya naik dari depan Fakultas Kehutanan UGM. Setelah menunggu kira-kira lima sampai sepuluh menit akhirnya muncullah bus kota usang berwarna orange dengan tulisan JALUR 4 besar-besar di depan bagian bus. Saya pun segera memberhentikan bus dan naik.
            Bus yang saya naiki rupanya sepi. Saya adalah satu-satunya penumpang. Saya pun duduk di bangku depan dekat pintu masuk. Seraya memberikan ongkos kepada kernet bus, saya memperhatikan keadaan bus yang saya tumpangi. Bus ini kelihatan sudah tua dengan besi yang sudah keropos disana-sini. Langit-langit bus pun terlihat usang. Mungkin usia bus yang saya tumpangi sudah hampir mendekati usia saya ini? Entahlah tapi yang pasti keadaan bus yang seperti ini membuat saya sebagai penumpang sekaligus pengguna setia transportasi publik yang murah meriah ini sedikit merasa tidak nyaman.
            Ketika tiba di depan Rumah Sakit Sardjito beberapa orang pemuda naik. Mungkin mereka mahasiswa. Ada juga bapak-bapak yang merokok ikut naik ke dalam bus yang saya tumpangi. Bapak-bapak merokok tersebut duduk di bangku seberang sebelah saya, sedangkan beberapa mahasiswa tadi duduk di deret belakang. Asap rokok dari bapak yang merokok tadi tertiup ke arah saya. Dan seketika itu juga bus dipenuhi asap rokok. Ada-ada saja tingkah laku para penumpang bus. Sudah keadaan bus yang butut membuat kita merasa tidak nyaman ditambah lagi kelakuan para penumpangnya yang terkadang seenaknya saja. Ya seperti bapak-bapak ini yang merokok sembarangan.
            Bus yang tua ini pun bergerak perlahan melewati jalanan kota Jogja yang cukup padat siang itu. Dengan bunyi mesin yang menderu dan asap hitam pekat yang dikeluarkan oleh knalpot si bus membuat saya berpikir bahwa bus ini benar-benar sudah tua dan tidak layak dipakai lagi. Bus ini memang bukan satu-satunya bus tua yang masih dioperasikan. Banyak bus-bus tua lainnya diluar sana yang memiliki kondisi sama seperti bus yang saya naiki ini. Bahkan di kota besar seperti Jakarta sekalipun saya masih menjumpai bus-bus tua yang masih beroperasi bersama-sama dengan transportasi publik lain yang mulai canggih seperti Transjakarta atau bahkan kancil. Mungkin baiknya jika bus yang saya naiki ini dimuseumkan saja karena benar-benar hanya rongsokan besi tua yang seharusnya tidak lagi digunakan. Tapi apa boleh buat saya tahu bahwa meskipun rongsokan tua ini dapat dimuseumkan tetap saja beberapa orang justru dapat hidup dari sini. Rongsokan tua yang berguna ini menopang hidup beberapa orang yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya bahwa mereka dapat mencari nafkah dari sini. Bayangkan, sopir bus dan kernet yang mengais rejeki dari bus tua ini. Belum lagi pengamen yang nantinya akan bergantian naik ke atas bus dan mengamen mencari sekeping uang logam. Rupanya memang inilah wajah sosial dari sebuah bus kota.
            Mungkin terkadang ketidaknyamanan yang kita rasakan dari bus kota tua seperti yang satu ini sering kita jumpai, namun apakah kita pernah berpikir dibalik rongsokan besi tua tersebut ada orang-orang yang justru memanfaatkannya sebagai sarana pencarian nafkah. Itulah dia potret kehidupan. Yang memang tidak selalu menyenangkan dan nyaman, dari balik rongsokan tua bernama bus kota.

Melamun

Nama : Intan Ekapratiwi
NIM : 08/267794/SA/14293
Mata Kuliah : Menulis Kreatif
Dosen : Suray Agung Nugroho, S.S., M.A.



Melamun



Perempatan jalan antara Jakal KM 4.5 dekat MM UGM dan Kehutanan UGM cukup padat pada hari Minggu 20 Februari 2010 sekitar pukul satu siang. Aku berhenti sekitar setengah menit disana dan menunggu hingga lampu hijau giliranku menyala. Beberapa motor di depanku memberi tanda lampu sein ke kanan membelok ke arah Kehutanan UGM. Aku sejenak memperhatikan langit yang saat itu cerah namun ada sedikit awan kelabu menggantung di sana. Mungkin nanti sore akan hujan, pikirku. Lalu kuperhatikan motorku sendiri. Sebenarnya ini bukan motorku. Melainkan motor temanku, anak Sastra Inggris UGM angkatan 2008 yang tadi pagi kebetulan berangkat bersamaku ke gereja. Dia malas mengantarku pulang makanya motornya ku bawa saja. Mataku langsung terarah pada pos polisi yang berada di sebelah kanan jalan begitu aku ingat kalau aku mengendarai motor. Pos polisinya kosong. Kemana bapak-bapak polisinya? Aku belum punya SIM sebenarnya jadi seharusnya aku tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor. Semoga tidak ada razia. Tapi toh sebentar lagi aku tiba di kost. Dan setengah menit yang kurasa cukup panjang akhirnya selesai. Lampu hijau pun menyala dan langsung ku tancap si motor merah temanku itu.