Masih ingat tragedi erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu?
Well, mungkin buat kalian semua yang tidak mengalaminya secara langsung sudah melupakan kejadian tersebut, tetapi buat aku pribadi yang saat erupsi ada di kota Jogja ini rasanya sulit melupakan bagaimana kepanikan yang terjadi saat Merapi meletus.
Sebenarnya aku sendiri tinggal memang agak jauh dari puncak Merapi, tapi dari jalan menuju kosku biasanya kalau langit sedang cerah-cerahnya kita bisa menikmati panorama pemandangan gunung api teraktif di Indonesia ini (dan mungkin di dunia?). fyi, kosku itu letaknya di Jalan Kaliurang KM 4,5 . mungkin kira-kira sekitar 20-25 km lah dari puncak Merapi? Gak tau juga sih. Hehehe. Intinya sih dari kosku bisa keliatan Merapi deh.
Nah, kebetulan hari ini langit Jogja cerah banget. Saking cerahnya sampai-sampai Gunung Merapi pun kelihatan. Beneran deh keren banget ciptaan Tuhan yang satu ini. Selain Gunung Merapi, aku bisa melihat juga Gunung Merbabu di belakangnya. Wow, tambah kagum aja aku hari ini melihatnya.
Karena bentuk si Merapi yang begitu menggoda untuk didekati maka siang harinya sekitar pukul 13.00 aku dan pacarku, Andre memutuskan untuk melakukan sedikit “petualangan” kecil mengejar Merapi. Awalnya sih kami gak lewat Jalan Kaliurang untuk menuju Cangkringan. Kami malah melalui Jalan Tentara Pelajar terus menuju kea rah utara. Sepanjang menuju arah utara mata kami benar-benar dimanjakan dengan bentuk jelas si Merapi. Hal itu makin membuat kami gak sabaran dan ingin segera cepat-cepat mendekatinya. Begitu ada belokan ke kanan yang menandakan ke sana adalah Kaliurang, langsung aja kami berbelok. Sebenarnya kami berdua belum tahu persis dimana letak dusun Kinahrejo yang katanya menjadi tempat tinggal Alm. Mbah Maridjan sekaligus menjadi dusun yang paling hancur akibat erupsi Merapi 2010 yang lalu. Modal nekat pun kami berbelok begitu menemukan papan petunjuk arah Cangkringan.
Kami pun akhirnya dicegat sebuah pos penjagaan yang memungut retribusi, rupanya kami sudah hampir sampai tempat yang kami tuju. Dengan membayar Rp 6.000 aku dan Andre pun memasuki kawasan yang mungkin bisa kita sebut kawasan Merapi. Beberapa ratus meter dari pos penjagaan pertama ada sebuah pertigaan. Jika belok ke kanan maka akan menuju tempat wisata Kaliadem (setauku tempat ini juga hancur diterjang lahar dingin Merapi) dan lurus menuju dusun Kinahrejo tempat Mbah Maridjan yang terkenal itu. Maka kami pun memutuskan untuk lurus menuju dusun paling tinggi dan paling dekat dengan puncak Merapi tersebut (FYI, dusun tersebut kira-kira 4 km jaraknya dari puncak Merapi). Dengan membayar kembali Rp 2.000 untuk parkir motor (motor tidak diijinkan naik ke atas hingga tempat Mbah Maridjan) maka kami pun berjalan kaki menanjak mendekati Merapi. Merapi benar-benar megah banget banget banget!! Baru kali itu aku sedekat itu dengan gunung berapi yang pernah meluluh lantakkan segala kehidupan yang pernah ada di lereng gunungnya. Dan aku pun semakin terkagum akan kebesaran Tuhan.
Rumah Mbah Maridjan yang konon katanya juga ikut hancur tersapu awan panas memang benar-benar tak bersisa. Yang ada hanyalah tanah kosong dengan pagar bambu di sekelilingnya yang dibuat warga untuk menandakan bahwa dahulu pernah ada rumah salah seorang juru kunci Merapi yang setia memikul tanggung jawabnya hingga akhir hayatnya. Yang menarik perhatianku adalah sebuah mobil APV yang teronggok tak jauh dari “bekas” rumah Mbah Maridjan. Mobil tersebut hangus. Konon itu adalah mobil relawan yang ikut meninggal dunia akibat terjangan awan panas Merapi 2010 yang lalu. Melihat itu semua aku sendiri jadi tidak habis pikir. Bagaimana kondisi di dusun itu pada saat Merapi meletus 2010 yang lalu. Membayangkan betapa dahsyatnya awan panas dan batu-batuan yang terlontar dari kawah Merapi, dan menghancurkan kehidupan yang ada di sekitarnya. Merapi benar-benar mengamuk kala itu. Bahkan para ilmuwan mencatat erupsi Merapi 2010 yang lalu adalah erupsi terbesar daripada yang pernah tercatat dalam sejarah.
Yah, alam memang maha dahsyat. Kini lereng Merapi yang semula gersang akibat terjangan awan panas mulai kembali dipenuhi oleh kehidupan. Perlahan tapi pasti lereng Merapi akan menghijau kembali seperti dulu sebelum terjadi erupsi besar 2010 yang lalu. Aku sendiri tadi juga tercengang melihat tanaman hijau yang mulai tumbuh di lereng Merapi. Tidak ada onggokan debu vulkanik dimana-mana lagi seperti waktu beberapa hari setelah Merapi meletus. Setahun lebih erupsi Merapi telah lewat, dan biarlah kini lereng Merapi kembali memulai kehidupan baru. Tidak ada yang pernah tahu rahasia keajaiban alam. Hanya Tuhan sang Pencipta yang punya kehendak atas ini semua.
Cheers^^
Intan.
P.S : foto petualanganku menyusul besok yaa~
mana nih fotonyaaaaaa???
BalasHapus